SUKA DUKA SKRIPSIAN #1 : Gegara Corona

Skripsi.

Mendengar kata yang satu ini bagaikan sebuah kata meneyeramkan dalam kehidupan mahasiswa. Setiap kali saya ke kampus dan memperhatikan gerak-gerik senior yang sedang sibuk dengan skripsinya, sebagian yang saya temui terlihat stress dan tertekan. Saya pun yang masih semester lima waktu itu dibuat tegang, apalagi ditambah dengan berbagai desas desus senior bahwa tahap skripsi yang paling menantang dan paling melatih mental. Tambah teganglah saya, padahal waktu itu belum berada pada proses skripsi. Dasar lemah! Belum apa-apa tangan udah dingin. Hahaha.

7 bulan yang lalu saya menyelesaikan program KKN dan tibalah saya di tahap skripsi ini. Kali ini kehidupan kampus terasa berbeda dari sebelumnya, gegara kasus pandemi global tahun ini yaitu virus Covid-19. Situasi pandemi tahun ini yang tidak disangka-sangka muncul menyerang seluruh dunia dan mengubah pola hidup manusia. Salah satu yang kena imbasnya adalah mahasiswa akhir.

Mulai dari proses administrasi, bimbingan, seminar proposal dan hasil dilakukan secara daring. Everything is online! Sebagai salah satu mahasiswa akhir di Indonesia yang lagi berada pada tahap ini, merasakan banyak pengalaman tak terduga baik itu suka maupun duka selama skripsian di rumah aja.

Jika ditanya apa kelebihan dan kekurangan skripsian selama pandemi yang serba online ini. Masing-masing punya perspektif yang berbeda-beda. Ada yang merasa lebih suka dengan sistem daring, ada juga yang merasa dirugikan. Menurut saya pribadi ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang saya rasakan. Maka dari itu, saya ingin mencurahkannya lewat tulisan ini. Nah, saya pengen membahas pengalaman yang tidak menyenangkan terlebih dahulu.

Sebelum saya berangkat KKN awal Maret lalu saya sudah merencanakan untuk mengajukan judul terlebih dahulu dan berharap segera di ACC sebelum berangkat KKN supaya proses skripsi saya bisa berjalan dengan lancar. Ternyata di jurusan saya itu terdapat peraturan kalau mahasiswa belum bisa mengajukan judul jika belum selesai KKN. Padahal kebanyakan teman-teman saya dari jurusan lain malahan bisa mengajukan judul walau belum KKN. Kecewalah diri ini. Rencana skripsian sambil KKN pun gagal.

Pada pertengahan maret virus corona di Indonesia juga udah mulai berkoar-koar dan bikin panik, apalagi saya dan teman-teman yang sedang ber-KKN di kampung orang. Akhirnya pihak kampus memutuskan untuk memulangkan mahasiswa secepatnya. Disinilah awal mula drama skripsian dimulai. Sepulang KKN itu saya pun mengajukan judul, proposal dan pembimbing dan tentunya mengikuti prosedur secara online yang telah disusun oleh jurusan. Jujur! Saya merasa sulit sekali padahal masih tahap awal. Kesulitan berada pada pengurusan administrasi, sistem daring ini malah membuat proses administrasi ke jurusan sangat lambat. Saya bahkan mengurus judul saja sampai berbulan-bulan dari April sampai Juli cuy. Ini bukan karena malas ya. Whatsapp saya jarang banget di balas sama dosen, dikacangin mulu bahkan dibaca saja jarang. Gimana gak pusing coba. Di respon pun harus nunggu sampai satu bulan. Pengen ke kampus juga tidak bisa karena si corona. Bedanya saat kuliah langsung bisa bolak-balik ke kampus urus surat dan lain-lain. Betul-betul kesabaran saya terlatih tahun ini.

Setelah berbulan-bulan bersabar menunggu, saya pun mulai bisa bimbingan dan alhamdulillah dapat dosen pembimbing yang baik. Setelah melewati drama administrasi yang buat down, kesabaran saya terbayarkan karena dapat dosen pembimbing yang bagus. Bagus bukan berarti dosen pembimbingya kurang peduli ya. Dosen pembimbing saya ini senantiasa memberi masukan dan ilmu baru untuk saya dalam mengerjakan skripsi. Penelitian saya itu “Creative Hub di Kabupaten Wajo dengan Pendekatan Arsitektur Nusantara“. Nah, saya sengaja mengambil penelitian ini karena memang akhir-akhir ini tertarik mendalami materi arsitektur nusantara. Untungnya dosen pembimbing saya ini sangat mendukung dan membantu saya memperluas wawasan tentang penelitian ini. Berbagai informasi dari beberapa sumber mulai dari buku, website, juga webinar tentang arsitektur nusantara ia bagikan ke saya. Saya bahkan di ajari menggunakan mendeley dan tips dan trik menulis skripsi di word tanpa ribet (Haduh bodo kali! maaf emang saya baru tahu soal mendeley dan ngetik pake aturan heading, selama ini ngetik cuma secara manual ahahha). Terima kasih bu sudah ngajarin akhirnya saya bisa mengetik tanpa ribet bolak-balik halaman. Hal ini berbeda seperti yang teman-teman saya ceritain, sebab sebagian dari mereka yang lebih duluan bimbingan dapatnya dosen pembimbing yang galak, serius bikin tegang, moody, juga ada yang cuek. Alhamdulillah saya tidak seperti itu. Semoga saja dosen pembimbing saya akan terus seperti itu sampai saya selesai skripsinya dan tidak bikin mood dan semangat saya anjlok. Aamiin Ya Allah

Demikian pengalaman suka duka yang saya lewati sampai saat ini mengenai proses skripsi di masa pandemi. Semoga kalian yang juga lagi berjuang skripsian online dimudahkan dan dilancarkan prosesnya. Jika kalian punya pengalaman skripsian yang pengen diceritain. Kolom komentar sudah tersedia dibawah. Senang sekali jika bisa mendengar cerita skripsian kalian di kolom komentar.

8 tanggapan untuk “SUKA DUKA SKRIPSIAN #1 : Gegara Corona”

Tinggalkan Balasan ke iamnufa Batalkan balasan